Hanafi Rais untuk Jogja
Sabtu, 05 Maret 2011
Siswa SD Gedongtengen tergusur
JOGJA: Siswa kelas I dan III di SD Negeri Gedongtengen hari ini, Kamis (2/3) harus pindah dari ruang kelas mereka yang lama. Sebagian dari ruang kelas yang ada di sekolah ini menurut rencana akan digunakan menjadi kantor Kelurahan Pringgokusuman.
Meskipun berat, pihak sekolah terpaksa harus mengikuti keputusan tersebut. ”Besok [hari ini] siswa sudah dipindahkan karena ruangan-ruangan ini akan mulai dilakukan renovasi. Kami juga tidak tahu sebenarnya kapan kelurahan akan mulai dipindahkan ke sini,” kata Kepala SD Negeri Gedong Tengen, Suwarsana ketika ditemui Harian Jogja, Rabu (2/3). Dari pemberitahuan yang diterima pihak sekolah, Rabu (2/3) meja dan kursi di kelas-kelas tersebut sudah harus dipindahkan dan Kamis akan dimulai proses renovasi.
Sekolah memang sudah mendapatkan sosialisasi sejak sekitar dua tahun lalu. Pihak sekolah juga sudah mengikuti musyawarah dengan dinas terkait untuk melakukan penataan. Sebenarnya dari pertemuan-pertemuan sebelumnya sudah disampaikan peruntukan ruangan-ruangan tersebut. Namun sayangnya sampai saat ini keputusan tersebut tetap tidak berubah.
Dikatakan Suwarsana, ruangan-ruangan yang akan direnovasi untuk kelurahan tersebut sampai kemarin masih digunakan untuk ruang kelas I A, I B dan kelas III. Adapun di bagian atas digunakan untuk aula. Setelah ada keputusan akan dimulainya renovasi, kelas I A kemudian dipindahkan ke perpustakaan sedangkan perpustakaan dipindahkan ke lantai atas digabung dengan ruang bimbingan agama. Sedangkan kelas I B dipindahkan ke ruang guru. Ruang guru sendiri akhirnya dipindahkan menjadi satu dengan UKS dan sebagian lagi berbagi dengan ruang kepala sekolah.
Sementara siswa kelas III dipindahkan ke ruang di lantai dua yang saat ini kosong. ”Saat ini yang kami lakukan ya memanfaatkan ruang-ruang yang ada. Kalau keputusannya seperti itu ya kami terpaksa mengikuti saja,” lanjutnya pasrah.
Pemindahan ini diharapkannya tidak akan berpengaruh banyak karena ruangan baru yang akan digunakan sebagai ruang kelas memiliki luasan yang kurang lebih sama dengan ruangan sebelumnya.
Diakui pria yang baru dua tahun memimpin sekolah ini pihaknya merasa kecewa karena sebelumnya juga sudah menunjukkan ke pihak-pihak terkait bahwa ruangan-ruangan tersebut masih digunakan oleh SD Negeri Gedongtengen. Begitu ada rencana ini, antara lapangan dengan ruang-ruang kelas yang akan digunakan kelurahan juga sudah dibangun sekat pembatas. Meskipun yakin tidak akan mengganggu proses belajar mengajar, tapi perubahan ini dikhawatirkan mengganggu ruang gerak siswa.
Sejumlah orangtua siswa memang memprotes kebijakan ini. ”Beberapa memang ada yang menentang,” ujarnya.
SD Negeri Gedongtengen sendiri terdiri dari 12 kelas dan 332 siswa. Masing-masing kelas rata-rata terdiri dari 25 siswa.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogja, Edy Hari Suasana memastikan penggabungan ini tidak akan mengganggu proses belajar mengajar maupun ruang gerak siswa. Bahkan nantinya setelah direnovasi, ruangan-ruangan tersebut bisa juga digunakan bergantian antara kelurahan dengan sekolah.
Lebih lanjut Edy menambahkan, dengan adanya sinergi ini diharapkan justru bisa membantu siswa dalam proses pembelajaran seperti IPS dan PKN. Penggabungan seperti ini memang baru pertama kali ada di Kota Jogja tetapi di kota lain seperti DKI Jakarta sudah ada dan berjalan dengan baik. (Harian Jogja/Anggraenny Prajayanti)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar