Laporan Reporter Tribun Jogja, Rina Eviana
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ribuan ulat bulu memakan daun pohon alamanda di depan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY), Rabu (13/4/2011). "Saking banyaknya ulat, suaranya bikin geli," ungkap Evianto Eka, seorang pedagang tanaman di PASTY.
Kurang dari empat hari, daun alamanda yang merembet di atas atap pelindung jalan setapak itu, separohnya ludes dimakan ulat bulu. Menurut Evianto, serangan ulat bulu diketahui 10 hari lalu. Awalnya, ulat-ulat itu akan daun-daun daun pohon kenanga setinggi kurang-lebih enam meter, di depan UPT.
"Lima hari daun-daun pohon itu langsung ludes. Ulat pindah ke daun pohon alamanda. Separohnya juga ludes. Padahal tebal," jelas pedagang yang letak kiosnya berjarak 15 meter dari serangan ulat.
Mengetahui serangan ulat makin banyak, pedagang panik. "Kami langsung siapkan pestisida untuk nyemprot tanaman kami. Karena ada beberapa ulat yang sudah sampai di kios," ujar pria asal Kota Gede ini.
Serangan ulat bulu ukuran kurang lebih dua centimeter ini membuat pedagang khawatir. Terlebih, jumlah ulat bulu di pohon dan daun Alamanda jumlahnya ribuan. "Itu kan bersap-sap ulatnya di pohon," jelasnya.
Disisi lain, serangan ulat bulu di PASTY itu juga menguntungkan. Pasalnya, banyak pengunjung penasaran melihat serangan ulat bulu. "Apalagi mereka juga lihat serangan ulat bulu yang sedang marak. Malah jadi wisata ulat bulu. Jumlah pengunjung naik sekitar 20 persen," jelas Evianto.
Kepala UPT PASTY, Patmana, menuturkan, serangan ulat bulu bukan saja kali ini terjadi. Setiap tahun, daun-daun pohon Kenanga di depan UPT dimakan ulat. "Tapi melihat jumlahnya baru sekarang ini banyak sekali," ujarnya di kantor UPT.
Karena pedagang kocar-kacir ketakutan, pihaknya lantas koordinasi dengan Dinas Pertanian. "Pedagang takut, kalau ulat menyebar," ucapnya.
Pohon kenanga yang ada di depan UPT PASTY, katanya, sudah ada sejak PASTY belum dibangun. "Namanya dulu kebon Dongkelan. Tiap tahun memang dimakan ulat. Seperti siklus alam," kata Patmana.
Akhirnya, Rabu (13/4) petugas dari Dinas pertanian datang melakukan penyemprotan ulat bulu. Kepala Bidang Pertanian, Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta, Benny Nurhantoro, menjelaskan, untuk menghentikan serangan ulat kirik (sebutan masyarakat Jogja) pihaknya meminjam motor sprayer dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPTPH) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Kami semprot daerah di luar serangan untuk mengisolasi. Kalau langsung di semprot ke lokasi yang diserang, malah ulat akan menyebar," jelas Benny.
"Kemarin dari Fakultas Pertanian UGM sudah mengambil sampel untuk diteliti. Apakah itu ulat yang tiap tahun menyerang, atau ada jenis lain," imbuhnya.
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ribuan ulat bulu memakan daun pohon alamanda di depan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY), Rabu (13/4/2011). "Saking banyaknya ulat, suaranya bikin geli," ungkap Evianto Eka, seorang pedagang tanaman di PASTY.
Kurang dari empat hari, daun alamanda yang merembet di atas atap pelindung jalan setapak itu, separohnya ludes dimakan ulat bulu. Menurut Evianto, serangan ulat bulu diketahui 10 hari lalu. Awalnya, ulat-ulat itu akan daun-daun daun pohon kenanga setinggi kurang-lebih enam meter, di depan UPT.
"Lima hari daun-daun pohon itu langsung ludes. Ulat pindah ke daun pohon alamanda. Separohnya juga ludes. Padahal tebal," jelas pedagang yang letak kiosnya berjarak 15 meter dari serangan ulat.
Mengetahui serangan ulat makin banyak, pedagang panik. "Kami langsung siapkan pestisida untuk nyemprot tanaman kami. Karena ada beberapa ulat yang sudah sampai di kios," ujar pria asal Kota Gede ini.
Serangan ulat bulu ukuran kurang lebih dua centimeter ini membuat pedagang khawatir. Terlebih, jumlah ulat bulu di pohon dan daun Alamanda jumlahnya ribuan. "Itu kan bersap-sap ulatnya di pohon," jelasnya.
Disisi lain, serangan ulat bulu di PASTY itu juga menguntungkan. Pasalnya, banyak pengunjung penasaran melihat serangan ulat bulu. "Apalagi mereka juga lihat serangan ulat bulu yang sedang marak. Malah jadi wisata ulat bulu. Jumlah pengunjung naik sekitar 20 persen," jelas Evianto.
Kepala UPT PASTY, Patmana, menuturkan, serangan ulat bulu bukan saja kali ini terjadi. Setiap tahun, daun-daun pohon Kenanga di depan UPT dimakan ulat. "Tapi melihat jumlahnya baru sekarang ini banyak sekali," ujarnya di kantor UPT.
Karena pedagang kocar-kacir ketakutan, pihaknya lantas koordinasi dengan Dinas Pertanian. "Pedagang takut, kalau ulat menyebar," ucapnya.
Pohon kenanga yang ada di depan UPT PASTY, katanya, sudah ada sejak PASTY belum dibangun. "Namanya dulu kebon Dongkelan. Tiap tahun memang dimakan ulat. Seperti siklus alam," kata Patmana.
Akhirnya, Rabu (13/4) petugas dari Dinas pertanian datang melakukan penyemprotan ulat bulu. Kepala Bidang Pertanian, Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta, Benny Nurhantoro, menjelaskan, untuk menghentikan serangan ulat kirik (sebutan masyarakat Jogja) pihaknya meminjam motor sprayer dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura (BPTPH) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Kami semprot daerah di luar serangan untuk mengisolasi. Kalau langsung di semprot ke lokasi yang diserang, malah ulat akan menyebar," jelas Benny.
"Kemarin dari Fakultas Pertanian UGM sudah mengambil sampel untuk diteliti. Apakah itu ulat yang tiap tahun menyerang, atau ada jenis lain," imbuhnya.
Editor : junianto
Bapak Hanafi Rais ini saya pantau beliau sangat peduli dengan kedaan sekitar kita terutama yang menyangkut wong cilik.
BalasHapusSemoga aja belia besok dapat dipercaya untuk memimpin Yogyakarta subagi kota Budaya dan Pelajar.
Terimakasih